Kamis, 02 Juni 2011

PUBLIC RELATIONS DAN MANAGEMEN KRISIS

Apa itu Krisis?
masa gawat atau saat genting, dimana situasi tersebut dapat merupakan titik baik atau sebaliknya. Oleh karena itu masa krisis adalah momen-momen tertentu. Apabila krisis ditangani dengan baik dan tepat waktu, momen mengarah pada situasi membaik, dan sebaliknya apabila tidak segera ditangani, krisis mengarah kepada situasi memburuk, bahkan dapat berakibat fatal (dikutip dari Soemirat, Soleh& Elvinaro Ardianto, 2007:182).

sumber krisis
1. bencana
2. kondisi darurat yang datang secara tiba-tiba atau suatu perkembangan kondisi darurat ini seperti sabotase produk perusahaan atau produk yang mengandung racun.
3. penanaman bom atau suatu pemogokan karyawan perusahaan.
4. rumor yang jelek tentang perusahaan atau produk
5. adanya letupan seperti boikot dari berbagai aktifitas (semacam LSM), permintaan pemerintah menarik produk (seperti penertiban produk obat belum lama ini), penculikan eksekutif perusahaan.(Lesly, 1993:25).

Empat tahap krisis (Fink dalam Kasali, Rhenald, 2007:225-230
1. Tahap prodromal
Tahap ini biasanya muncul dalam tiga bentuk yaitu:
a. jelas sekali
b. samar-samar
c. sama sekali tidak kelihatan
2. Tahap akut
inilah tahap ketika orang mengatakan ‘telah terjadi krisis’.
3. Tahap kronik
tahap ini sering disebut sebagai the clean up phase atau the
post mortem. Sering tahap ini disebut tahap recovery atau self
analysis.di dalam perusahaan tahap ini ditandai dengan
perubahan structural. Mungkin penggantian managemen,
mungkin penggantian pemilik, dan lain-lain
4.Tahap resolusi
adalah tahap penyembuhan.

Peran media massa sebagai agen sosialisasi dan kemungkinan munculnya potensial desocializing

George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut: (wikipedia)

Tahap persiapan

tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya , termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.

Tahap meniru

Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa . Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai . Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)

Tahap siap bertindak

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya . Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya

Tahap norma kolektif

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

Media berperan dalam Potensial desocializing

...baca kembali buku Komunikasi Massa UT.
Potensial desocializing adalah Tantangan dan gangguan (challenge and disturbing) terhadap penataan nilai-nilai yang dilakukan oleh orangtua, pendidik, dan agen agen sosial control lainnya.contoh adalah kekahawatiran:
1. Banyak contoh bahwa media menyampaikan hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan orangtua pendidik dan nilai nilai agama.
Misal: sopan santun, cara berpakaian, dll.
2. Para guru umumnya mengkhawatirkan bahwa media massa merupakan ancaman terhadap nilai-nilai tradisional karena disebabkan nilai-nilai isi media secara langsung atau tidak langsung tidak sejalan dengan yang diajarkan di sekolah.

Media massa dianggap bertanggungjawab pada lima gejala (menurut Dell Fleur)

Membuat selera budaya masyarakat rendah
Menaikkan tingkat kenakalan
Ikut menyumbang kerusakan moral secara umum.
Menjinakkan massa untuk kepentingan politik
Menekan kreatifitas